Pemain Asia Tersukses di Eropa
Tak bisa dipungkiri lagi bahwa keberadaan pemain-pemain sepakbola asal Asia di benua biru saat ini sangat berkembang pesat. Dapat kita saksikan di layar kaca bahwa tim-tim besar sekelas Manchester United, Dortmund, Milan bersaudara, dll menggunakan jasa para pemain Asia. Semua ini tak lepas dari sebuah kerja keras yang sekian lama dibangun di dataran Asia serta proses pembibitan serius yang terus dijaga.
Sebenarnya keberadaan para pemain Asia di Eropa bukan hal baru karena lebih dari sedekade lalu cukup banyak pesepakbola asia yang sudah menginvansi sepakbola Eropa hanya saja tidak semasif saat ini. Bahkan saat ini, klub-klub Eropa sedang gencarnya mengirimkan pemandu bakat ke Asia guna mendapatkan talenta-talenta Asia yang dikenal memiliki kecepatan, ngotot serta stamina yang seperti tak ada habisnya.
Blog kali ini akan membahas beberapa pemain Asia yang sukses di Eropa.
10. Shinji Okazaki - Jepang/Leicester City
Okazaki relatif tidak dikenal di Inggris ketika dia pindah ke Leicester tetapi dengan segera menjadi nama penting ketika ia memenangkan EPL 2015/16 di musim debutnya. Dia memang hanya mencetak 5 gol di liga, namun Okazaki memiliki peran lain, yaitu sebagai pemecah konsentrasi pertahanan. Terbukti, ia selalu menjadi pilihan utama bersama dengan Vardy. Okazaki adalah pemain Jepang kedua yang pernah memenangkan EPL, setelah Shinji Kagawa.
Sebelum bermain di Inggris, Okazaki mencetak 37 gol dalam 128 penampilan selama bermain bersama VfB Stuttgart dan kemudian FSV Mainz 05. Ia menjadi salah satu pemain Jepang yang paling produktif di Bundesliga
Hampir selalu mengisi starting line-up, Okazaki dipanggil tim nasional Jepang pada tahun 2008 pada usia 23. Pada tahun 2009, ia mengumpulkan 15 gol untuk negaranya dan memenangkan 'pencetak gol terbanyak tahun 2009' yang diberikan oleh IFFHS. Saat ini, Ia telah mengoleksi 49 gol dari 102 penampilan bersama The Samurai.
9. Keisuke Honda - Jepang/AC Milan
Playmaker yang satu ini memulai karir Eropa di klub Belanda VVV Venlo pada bulan Januari 2008 tapi sayangnya klub terdegradasi pada akhir musim 2007/08. Selama kampanye musim berikutnya, Honda mencetak 16 gol dan memastikan VVV promosi kembali ke divisi utama. 24 gol dari 68 penampilan di VVV membuatnya mendapatkan gelar Eerste Divisie Player of the Year untuk 2008/09 dan ia menjadi dikenal sebagai Keizer Keisuke (Kaisar Keisuke) dari para penggemar Belanda.Honda melanjutkan tampil mengesankan dengan klub Rusia CSKA Moskow di mana ia memenangkan treble di Liga Premier Rusia, Piala Rusia dan Piala Super Rusia pada tahun 2013. Pada bulan Januari 2014, gelandang asal Jepang ini pindah ke Italia, AC Milan di mana ia mencetak gol kunci dari set-piece untuk Rossoneri di perempat final Copa Italia dan mencetak gol lainnya melawan Parma, Empoli dan Verona di Serie A pada musim perdananya.
Penampilan terbaik Honda untuk tim nasional Jepang adalah saat Piala Dunia 2010 dan Piala Asia AFC 2011. Ia pernah terpilih sebagai pemain Jepang terbaik tahun 2010.
8. Shinji Kagawa - Jepang/Borussia Dortmund
Kagawa adalah roda penggerak dalam taktik yang diterapkan pelatih Dortmund, Jürgen Klopp di mana saat itu Dortmund berhasil melahap dua gelar Bundesliga liga berturut-turut tahun 2010/11 dan 2011/12. Bermain di posisi yang paling efektif sebagai gelandang serang tengah, Kagawa berkembang menjadi pencetak gol dan pengatur serangan.
Di musim pertamanya dengan Dortmund, ia mencetak 8 gol sebelum absen karena cedera. musim selanjutnya ia mencetak 13 gol, sehingga ia menjadi pujaan bagi para penggemar Dortmund. Liga dan DFB Pokal memastikan akhir musim yang indah. Ia pernah mencicipi gelar pemain terbaik tahun 2012 oleh AFCkepindahannya ke klub EPL, Manchester United di 2012/13 berbuah juara liga bagi tim, sehingga Kagawa menjadi pemain Jepang pertama yang memenangkan EPL. Namun, dari sudut pandang pribadi Kagawa, ia tidak menikmati posisinya di sayap kiri dengan Red Devils seperti yang ia lakukan di Dortmund; akhirnya ia diminta kembali ke mantan klubnya pada musim panas 2014 di mana ia lebih disambut oleh Klopp dan fans.
7. Shinji Ono - Jepang/Consadole Sapporo
Pada saat sepak bola Jepang berderak dengan bakat dan potensi menyerang, seorang remaja kurus menjadi pemain termuda untuk mewakili Jepang dan membuat semua orang duduk dan memperhatikan dia - Dia adalah Ono. Most Valuable Player di Kejuaraan U-20 AFC dan Asian Young Footballer of the Year pada tahun 1998. Ia dikenal sebagai Tensai (jenius) karena kecakapan olah bolanya serta kreativitas.
Ono mengukir sejarah untuk dirinya sendiri dalam sejarah Jepang dengan menjadi pemain inti dan berpengaruh di tim nasional pada Piala Dunia 2002 serta Olimpiade 2004. Dia mendapatkan pemain terbaik Asia pada tahun 2002, sebuah penghargaan yang memang layak untuk prestasinya di klub dan negara.
Ono memulai karir klubnya di negara asalnya sebelum pindah ke tim Belanda Feyenoord pada tahun 2001. Bermain gemilang selama lima tahun di di Eredivisie termasuk Piala UEFA pada tahun 2002, sehingga menjadi pemain Jepang pertama yang memenangi trofi Eropa. Ia bermain di Bundesliga maupun di liga domestik Australia (di mana ia memenangkan tiga gelar).
6. Ali Daei - Iran/Pensiun
Puncak sepakbola Iran adalah ketika Ali Daei bermain untuk tim nasional. Ia mencetak 109 gol untuk negaranya, salah satu pemain yang mencetak banyak gol buat tim nasional. Ia juga menduduki daftar pencetak gol - baik itu Piala Asia pada tahun 1996 atau kualifikasi Piala Dunia tahun 1998. Salah satu pertandingan yang paling berkesan adalah 4 gol yang dicetaknya ketika melawan Korea Selatan di tahun 1996 perempat final Piala Asia AFC.
Kegemilangan Ali di Piala Asia mendapatkan atensi dari Benua Biru; ia mendapatkan tawaran bermain di klub Jerman Arminia Bielefeld di tahun 1997-1998 sebelum membuat 'langkah besar' ketika menerima pinangan Bayern Munich pada musim berikutnya. Ali juga menjadi pemain Asia pertama yang tampil di Liga Champions.
Meskipun Bayern memenangi dua gelar (Bundesliga dan DFB Pokal) dan mengakhiri musim sebagai finalis UCL, Ia ternyata tidak seperti yang diharapkan sebagai mesin gol. Ali lantas mencari keberuntungannya dengan pindah ke Hertha BSC pada musim berikutnya dan ia mencetak 12 gol untuk klub.
5. Hidetoshi Nakata - Jepang/Pensiun
Bintang sepakbola pertama asal Asia dan pemain Asia terbaik pada tahun 1997 dan 1998, Nakata masuk ke tim nasional Jepang ketika dia berusia 20 tahun. Gelandang menyerang, yang menggiring bola serta umpan akurat adalah kelebihannya. Ia mencetak 5 gol untuk Jepang di babak kualifikasi sehingga menyegel satu tempat di Piala Dunia 1998.
Dia menjadi pemain Jepang kedua di Italia ketika klub yang baru dipromosikan, Perugia membelinya pada tahun 1998 karena permainan impresif selama Piala Dunia 1998. Nakata lantas semakin dicintai penggemar dengan penampilannya yang dinilai baik dalam mengatur serangan dan mencetak gol. Musim-musim selanjutnya Nakata melanjutkan petualangannya di Italia dengan bermain bagi AS Roma dan AC Parma, Ia memenangkan Scudetto dengan AS Roma dan Coppa Italia bersama Parma
Gaya bermain serta modis membuatnya dicap sebagai Beckham dari Asia. ketenaran dan popularitas di Jepang, dikombinasikan dengan gaya bermainnya membuat pers Italia menjuluki Nakata "Gioiellino" (permata kecil). Nakata pensiun dini dari sepak bola pada usia 29 setelah serangkaian cedera yang dideritanya.
4. Shunsuke Nakamura - Jepang/Yokohama Marinos
Seorang spesialis bola mati dan playmaker, Nakamura terkenal dengan tembakan melengkungnya dan merupakan salah satu pemain Asia yang paling sukses di Eropa. Dia mulai bermain diEropa dengan klub Italia, Reggina; kendati mencetak beberapa gol, waktunya di sana terhambat oleh cedera.
Dengan klub Celtic, Nakamura mencapai puncak kemuliaan. Ia memenangkan tiga gelar liga berturut-turut dari tahun 2006-2008 dan juga memenangkan Piala Skotlandia dan Super Cup. Ia meraih berbagai penghargaan di tahun 2007 - Player of the Year di tim dan liga, Pemain terbaik pilihan pers dan juga pemain terbaik pilihan fans. Yang paling penting, ia menjadi pemain Jepang pertama yang mencetak gol di UCL dan dinominasikan sebagai salah satu nominasi pemenang Ballon d'Or.
Nakamura mewakili Jepang di beberapa turnamen internasional dan mencetak gol penting untuk membantu tim memenangkan Piala Asia pada tahun 2000 dan 2004. Most Valuable Player untuk penampilannya di Piala Asia 2004.
3. Cha Bum-Kun - Korea Selatan/pensiun
Cha Bum-Kun adalah pencetak gol terbanyak untuk tim nasional Korea Selatan, dijuluki 'Boom' karena kemampuan cannon ballnya. Salah satu pelopor pemain Asia dalam transfer pemain di Eropa, Cha memulai tugasnya di Bundesliga dengan SV Darmstadt 98. Tujuannya adalah untuk mempelajari aspek teknis dan keterampilan permainan dan membawa pengetahuan pulang ke Korea.
Setelah satu musim dengan Darmstadt, Cha melanjutkan untuk bermain untuk Eintracht Frankfurt di mana ia menemukan sentuhannya di Eropa, mencetak 46 gol untuk klub dan memenangkan Piala UEFA pertamanya pada tahun 1980. Kepindahannya ke Bayer Leverkusen tidak menyurutkan ketajamannya dan dia memimpin klub memenangkan piala liga pertama pada tahun 1988 - serta memenangkan Piala UEFA.
Sekembalinya dari Eropa, Cha membuka pusat sepakbola di Korea dan telah melatih tim nasional Korea Selatan serta klub di liga domestik negaranya. Untuk prestasinya jalur, dia anugerahi sebagai Asia Player of the Century oleh IFFHS pada tahun 1999.
2. Park Ji-Sung - Korea Selatan/pensiun
Park adalah pemain Asia yang paling sukses sepanjang masa. Mantan kapten Korea Selatan itu telah memenangkan liga Belanda dua kali dengan PSV Eindhoven, mencetak 17 gol selama tiga musim bersama PSV. Dia ditransfer ke Manchester United pada tahun 2005 dan bermain selama 7 tahun dengan raksasa Inggris.
Ia memenangkan Liga Premier empat kali dan menjadi pemain Asia pertama yang memenangkan Liga Champions bersama United pada tahun 2008. Park dinominasikan untuk Ballon d'Or pada tahun 2007 dan juga oleh FIFA.com dipilih sebagai Pemain Terbaik Asia di Eropa pada tahun yang sama. Kemampuan Park untuk mengisi berbagai ruang di lini tengah dipandang sebagai aset utama danterutama bagi manajernya Sir Alex Ferguson.
Perannya yang penting bagi United sehingga perpanjangan kontrak selalu ditawarkan baginya. Stamina yang luar biasa serta energik dan dianggap memilki jiwa pemimpin menjadikkannya kapten asal Asia pertama di United bahkan Eropa ketika United bersua Lille pada UCL tahun 2005. Park mencetak 27 gol di seluruh kompetisi untuk The Red Devils dan pasca-pensiun, Ia kembali ke United dan mengambil peran sebagai duta United untuk kawasan Asia.
1. Paulino Alcantara - Filipina/pensiun
Lahir di Filipina pada tahun 1896, Alcantara mencapai ketenaran dan kesuksesan dalam karirnya di FC Barcelona, menjadi pemain termuda yang bermain untuk klub di usia 15 tahun. Dia adalah pencetak gol terbanyak untuk klub, Ia tercatat mencetak 369 gol dalam 357 pertandingan (termasuk pertandingan persahabatan), hingga Lionel Messi melampaui prestasinya.
Dia membantu klub untuk memenangi tidak kurang dari 17 piala - 10 gelar juara Catalan, 5 Copa del Rey dan 2 Piala Pyrenees. Penyerang tangguh ini mewakili Spanyol dan Filipina dalam sepak bola internasional. Pada tahun 2007, Alcantara disebut sebagai Pemain Asia Terbaik Sepanjang Masa oleh FIFA.
Sewaktu bermain untuk tim nasional Spanyol pada tahun 1922, Alcantara mencetak gol Thunderbolt melawan Prancis dalam pertandingan persahabatan yang (secara harfiah) menembus jaring Prancis, lantas dia dijuluki El Rompe Redes (Perobek jala).
Sebenarnya keberadaan para pemain Asia di Eropa bukan hal baru karena lebih dari sedekade lalu cukup banyak pesepakbola asia yang sudah menginvansi sepakbola Eropa hanya saja tidak semasif saat ini. Bahkan saat ini, klub-klub Eropa sedang gencarnya mengirimkan pemandu bakat ke Asia guna mendapatkan talenta-talenta Asia yang dikenal memiliki kecepatan, ngotot serta stamina yang seperti tak ada habisnya.
Blog kali ini akan membahas beberapa pemain Asia yang sukses di Eropa.
10. Shinji Okazaki - Jepang/Leicester City
Okazaki relatif tidak dikenal di Inggris ketika dia pindah ke Leicester tetapi dengan segera menjadi nama penting ketika ia memenangkan EPL 2015/16 di musim debutnya. Dia memang hanya mencetak 5 gol di liga, namun Okazaki memiliki peran lain, yaitu sebagai pemecah konsentrasi pertahanan. Terbukti, ia selalu menjadi pilihan utama bersama dengan Vardy. Okazaki adalah pemain Jepang kedua yang pernah memenangkan EPL, setelah Shinji Kagawa.
Sebelum bermain di Inggris, Okazaki mencetak 37 gol dalam 128 penampilan selama bermain bersama VfB Stuttgart dan kemudian FSV Mainz 05. Ia menjadi salah satu pemain Jepang yang paling produktif di Bundesliga
Hampir selalu mengisi starting line-up, Okazaki dipanggil tim nasional Jepang pada tahun 2008 pada usia 23. Pada tahun 2009, ia mengumpulkan 15 gol untuk negaranya dan memenangkan 'pencetak gol terbanyak tahun 2009' yang diberikan oleh IFFHS. Saat ini, Ia telah mengoleksi 49 gol dari 102 penampilan bersama The Samurai.
9. Keisuke Honda - Jepang/AC Milan
Playmaker yang satu ini memulai karir Eropa di klub Belanda VVV Venlo pada bulan Januari 2008 tapi sayangnya klub terdegradasi pada akhir musim 2007/08. Selama kampanye musim berikutnya, Honda mencetak 16 gol dan memastikan VVV promosi kembali ke divisi utama. 24 gol dari 68 penampilan di VVV membuatnya mendapatkan gelar Eerste Divisie Player of the Year untuk 2008/09 dan ia menjadi dikenal sebagai Keizer Keisuke (Kaisar Keisuke) dari para penggemar Belanda.Honda melanjutkan tampil mengesankan dengan klub Rusia CSKA Moskow di mana ia memenangkan treble di Liga Premier Rusia, Piala Rusia dan Piala Super Rusia pada tahun 2013. Pada bulan Januari 2014, gelandang asal Jepang ini pindah ke Italia, AC Milan di mana ia mencetak gol kunci dari set-piece untuk Rossoneri di perempat final Copa Italia dan mencetak gol lainnya melawan Parma, Empoli dan Verona di Serie A pada musim perdananya.
Penampilan terbaik Honda untuk tim nasional Jepang adalah saat Piala Dunia 2010 dan Piala Asia AFC 2011. Ia pernah terpilih sebagai pemain Jepang terbaik tahun 2010.
8. Shinji Kagawa - Jepang/Borussia Dortmund
Kagawa adalah roda penggerak dalam taktik yang diterapkan pelatih Dortmund, Jürgen Klopp di mana saat itu Dortmund berhasil melahap dua gelar Bundesliga liga berturut-turut tahun 2010/11 dan 2011/12. Bermain di posisi yang paling efektif sebagai gelandang serang tengah, Kagawa berkembang menjadi pencetak gol dan pengatur serangan.
Di musim pertamanya dengan Dortmund, ia mencetak 8 gol sebelum absen karena cedera. musim selanjutnya ia mencetak 13 gol, sehingga ia menjadi pujaan bagi para penggemar Dortmund. Liga dan DFB Pokal memastikan akhir musim yang indah. Ia pernah mencicipi gelar pemain terbaik tahun 2012 oleh AFCkepindahannya ke klub EPL, Manchester United di 2012/13 berbuah juara liga bagi tim, sehingga Kagawa menjadi pemain Jepang pertama yang memenangkan EPL. Namun, dari sudut pandang pribadi Kagawa, ia tidak menikmati posisinya di sayap kiri dengan Red Devils seperti yang ia lakukan di Dortmund; akhirnya ia diminta kembali ke mantan klubnya pada musim panas 2014 di mana ia lebih disambut oleh Klopp dan fans.
7. Shinji Ono - Jepang/Consadole Sapporo
Pada saat sepak bola Jepang berderak dengan bakat dan potensi menyerang, seorang remaja kurus menjadi pemain termuda untuk mewakili Jepang dan membuat semua orang duduk dan memperhatikan dia - Dia adalah Ono. Most Valuable Player di Kejuaraan U-20 AFC dan Asian Young Footballer of the Year pada tahun 1998. Ia dikenal sebagai Tensai (jenius) karena kecakapan olah bolanya serta kreativitas.
Ono mengukir sejarah untuk dirinya sendiri dalam sejarah Jepang dengan menjadi pemain inti dan berpengaruh di tim nasional pada Piala Dunia 2002 serta Olimpiade 2004. Dia mendapatkan pemain terbaik Asia pada tahun 2002, sebuah penghargaan yang memang layak untuk prestasinya di klub dan negara.
Ono memulai karir klubnya di negara asalnya sebelum pindah ke tim Belanda Feyenoord pada tahun 2001. Bermain gemilang selama lima tahun di di Eredivisie termasuk Piala UEFA pada tahun 2002, sehingga menjadi pemain Jepang pertama yang memenangi trofi Eropa. Ia bermain di Bundesliga maupun di liga domestik Australia (di mana ia memenangkan tiga gelar).
6. Ali Daei - Iran/Pensiun
Puncak sepakbola Iran adalah ketika Ali Daei bermain untuk tim nasional. Ia mencetak 109 gol untuk negaranya, salah satu pemain yang mencetak banyak gol buat tim nasional. Ia juga menduduki daftar pencetak gol - baik itu Piala Asia pada tahun 1996 atau kualifikasi Piala Dunia tahun 1998. Salah satu pertandingan yang paling berkesan adalah 4 gol yang dicetaknya ketika melawan Korea Selatan di tahun 1996 perempat final Piala Asia AFC.
Kegemilangan Ali di Piala Asia mendapatkan atensi dari Benua Biru; ia mendapatkan tawaran bermain di klub Jerman Arminia Bielefeld di tahun 1997-1998 sebelum membuat 'langkah besar' ketika menerima pinangan Bayern Munich pada musim berikutnya. Ali juga menjadi pemain Asia pertama yang tampil di Liga Champions.
Meskipun Bayern memenangi dua gelar (Bundesliga dan DFB Pokal) dan mengakhiri musim sebagai finalis UCL, Ia ternyata tidak seperti yang diharapkan sebagai mesin gol. Ali lantas mencari keberuntungannya dengan pindah ke Hertha BSC pada musim berikutnya dan ia mencetak 12 gol untuk klub.
5. Hidetoshi Nakata - Jepang/Pensiun
Bintang sepakbola pertama asal Asia dan pemain Asia terbaik pada tahun 1997 dan 1998, Nakata masuk ke tim nasional Jepang ketika dia berusia 20 tahun. Gelandang menyerang, yang menggiring bola serta umpan akurat adalah kelebihannya. Ia mencetak 5 gol untuk Jepang di babak kualifikasi sehingga menyegel satu tempat di Piala Dunia 1998.
Dia menjadi pemain Jepang kedua di Italia ketika klub yang baru dipromosikan, Perugia membelinya pada tahun 1998 karena permainan impresif selama Piala Dunia 1998. Nakata lantas semakin dicintai penggemar dengan penampilannya yang dinilai baik dalam mengatur serangan dan mencetak gol. Musim-musim selanjutnya Nakata melanjutkan petualangannya di Italia dengan bermain bagi AS Roma dan AC Parma, Ia memenangkan Scudetto dengan AS Roma dan Coppa Italia bersama Parma
Gaya bermain serta modis membuatnya dicap sebagai Beckham dari Asia. ketenaran dan popularitas di Jepang, dikombinasikan dengan gaya bermainnya membuat pers Italia menjuluki Nakata "Gioiellino" (permata kecil). Nakata pensiun dini dari sepak bola pada usia 29 setelah serangkaian cedera yang dideritanya.
4. Shunsuke Nakamura - Jepang/Yokohama Marinos
Seorang spesialis bola mati dan playmaker, Nakamura terkenal dengan tembakan melengkungnya dan merupakan salah satu pemain Asia yang paling sukses di Eropa. Dia mulai bermain diEropa dengan klub Italia, Reggina; kendati mencetak beberapa gol, waktunya di sana terhambat oleh cedera.
Dengan klub Celtic, Nakamura mencapai puncak kemuliaan. Ia memenangkan tiga gelar liga berturut-turut dari tahun 2006-2008 dan juga memenangkan Piala Skotlandia dan Super Cup. Ia meraih berbagai penghargaan di tahun 2007 - Player of the Year di tim dan liga, Pemain terbaik pilihan pers dan juga pemain terbaik pilihan fans. Yang paling penting, ia menjadi pemain Jepang pertama yang mencetak gol di UCL dan dinominasikan sebagai salah satu nominasi pemenang Ballon d'Or.
Nakamura mewakili Jepang di beberapa turnamen internasional dan mencetak gol penting untuk membantu tim memenangkan Piala Asia pada tahun 2000 dan 2004. Most Valuable Player untuk penampilannya di Piala Asia 2004.
3. Cha Bum-Kun - Korea Selatan/pensiun
Cha Bum-Kun adalah pencetak gol terbanyak untuk tim nasional Korea Selatan, dijuluki 'Boom' karena kemampuan cannon ballnya. Salah satu pelopor pemain Asia dalam transfer pemain di Eropa, Cha memulai tugasnya di Bundesliga dengan SV Darmstadt 98. Tujuannya adalah untuk mempelajari aspek teknis dan keterampilan permainan dan membawa pengetahuan pulang ke Korea.
Setelah satu musim dengan Darmstadt, Cha melanjutkan untuk bermain untuk Eintracht Frankfurt di mana ia menemukan sentuhannya di Eropa, mencetak 46 gol untuk klub dan memenangkan Piala UEFA pertamanya pada tahun 1980. Kepindahannya ke Bayer Leverkusen tidak menyurutkan ketajamannya dan dia memimpin klub memenangkan piala liga pertama pada tahun 1988 - serta memenangkan Piala UEFA.
Sekembalinya dari Eropa, Cha membuka pusat sepakbola di Korea dan telah melatih tim nasional Korea Selatan serta klub di liga domestik negaranya. Untuk prestasinya jalur, dia anugerahi sebagai Asia Player of the Century oleh IFFHS pada tahun 1999.
2. Park Ji-Sung - Korea Selatan/pensiun
Park adalah pemain Asia yang paling sukses sepanjang masa. Mantan kapten Korea Selatan itu telah memenangkan liga Belanda dua kali dengan PSV Eindhoven, mencetak 17 gol selama tiga musim bersama PSV. Dia ditransfer ke Manchester United pada tahun 2005 dan bermain selama 7 tahun dengan raksasa Inggris.
Ia memenangkan Liga Premier empat kali dan menjadi pemain Asia pertama yang memenangkan Liga Champions bersama United pada tahun 2008. Park dinominasikan untuk Ballon d'Or pada tahun 2007 dan juga oleh FIFA.com dipilih sebagai Pemain Terbaik Asia di Eropa pada tahun yang sama. Kemampuan Park untuk mengisi berbagai ruang di lini tengah dipandang sebagai aset utama danterutama bagi manajernya Sir Alex Ferguson.
Perannya yang penting bagi United sehingga perpanjangan kontrak selalu ditawarkan baginya. Stamina yang luar biasa serta energik dan dianggap memilki jiwa pemimpin menjadikkannya kapten asal Asia pertama di United bahkan Eropa ketika United bersua Lille pada UCL tahun 2005. Park mencetak 27 gol di seluruh kompetisi untuk The Red Devils dan pasca-pensiun, Ia kembali ke United dan mengambil peran sebagai duta United untuk kawasan Asia.
1. Paulino Alcantara - Filipina/pensiun
Lahir di Filipina pada tahun 1896, Alcantara mencapai ketenaran dan kesuksesan dalam karirnya di FC Barcelona, menjadi pemain termuda yang bermain untuk klub di usia 15 tahun. Dia adalah pencetak gol terbanyak untuk klub, Ia tercatat mencetak 369 gol dalam 357 pertandingan (termasuk pertandingan persahabatan), hingga Lionel Messi melampaui prestasinya.
Dia membantu klub untuk memenangi tidak kurang dari 17 piala - 10 gelar juara Catalan, 5 Copa del Rey dan 2 Piala Pyrenees. Penyerang tangguh ini mewakili Spanyol dan Filipina dalam sepak bola internasional. Pada tahun 2007, Alcantara disebut sebagai Pemain Asia Terbaik Sepanjang Masa oleh FIFA.
Sewaktu bermain untuk tim nasional Spanyol pada tahun 1922, Alcantara mencetak gol Thunderbolt melawan Prancis dalam pertandingan persahabatan yang (secara harfiah) menembus jaring Prancis, lantas dia dijuluki El Rompe Redes (Perobek jala).
Comments
Post a Comment